makalah SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT ASIA, EROPA, DAN MASA DEPAN





MAKALAH FILSAFAT OLAHRAGA
 
SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT ASIA, EROPA, DAN MASA DEPAN

KELOMPOK:
ADRIANUS KAKUNSI
RICHARD
IBRAHIM
DEDI RYANTO





FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA
UNIVERSITAS TADULAKO
2017








BAB I
PENDAHULUAN

1.1.            Latar belakang
Ciri-ciri pemikiran filsafat barat abad pertengahan adalah: Cara berfilsafatnya dipimpin oleh gereja, Berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles, Berfilsafat dengan pertolongan Augustinus dan lain-lain.
Filsafat Timur memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan filsafat Barat, yang mana ciri-ciri agama terdapat juga di dalam filsafat Timur, sehingga banyak ahli berdebat mengenai dapat atau tidaknya pemikiran Timur dikatakan sebagai filsafat.
Abad modern merupakan era pembalasan terhadap zaman skolastik yang di dominasi gereja. Aliran yang menjadi pendahuluan ajaran filsafat modern didasarkan pada suatu kesadaran atas yang individual dan yang konkrit.

1.2.            Rumusan masalah
1.      Menyelesaikan tugas makalah filsafat
2.      Menjelaskan perkembangan sejarah filsafat eropa
3.      Menjelaskan perkembangan sejarah filsafat timu
4.      Menjelaskan perkembangan sejarah filsafat masa depan















BAB II
PEMBAHASAN

2.1    SEJARAH FILSAFAT EROPA
Di dalam masa pertumbuhan dan perkembangan filsafat Eropa (kira-kira selama 5 abad) belum memunculkan ahli fikir (filosof), akan tetapi setelah abad ke-6 Masehi, barulah muncul para ahli pikir yang mengadakan penyelidikan filsafat. Jadi, filsafat Eropa lah yang mengawali kelahiran filsafat pada barat abad pertengahan.
Filsafat Barat Abad Pertengahan (476 – 1492) dapat dikatakan juga sebagai “abad gelap”. Ciri-ciri pemikiran filsafat barat abad pertengahan adalah:
  • Cara berfilsafatnya dipimpin oleh gereja
  • Berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles
  • Berfilsafat dengan pertolongan Augustinus dan lain-lain.
Masa abad pertengahan ini terbagi menjadi dua masa yaitu masa Patristik dan masa Skolastik. Masa Skolastik terbagi lagi menjadi Skolastik Awal, Skolastik Puncak, dan Skolastik Akhir.


A.    Masa Patristik

1.      Gambaran Umum
Patristik berasal dari kata Patres (bentuk jamak dari Pater) yang berarti bapak-bapak. Yang dimaksudkan adalah para pujangga gereja dan tokoh-tokoh gereja yang sangat berperan sebagai peletak dasar intelektual kekristenan. Mereka fokus pada pengembangan teologi tetapi tidak lepas dari wilayah kefilsafatan.

2.      Tokoh-tokoh terpenting
Bapak Gereja terpenting pada masa itu antara lain Tertullianus (160-222), Justinus, Clemens dari Alexandria (150-251), Origenes (185-254), Gregorius dari Nazianza (330-390), Basilus Agung (330-379), Gregorius dari Nyssa (335-394), Dionysius Areopagita, Johanes Damascenus, Ambrosius, Hyeronimus, dan Agustinus (354-430). Tertullianus, Justinus, Clemens dari Alexandria, dan Origenes adalah pemikir-pemikir pada masa awal patristik. Gregorius dari Nazianza, Basilus Agung, Gregorius dari Nyssa, Dionysius Areopagita,dan Johanes Damascenus adalah tokoh-tokoh pada masa patristik Yunani. Sedangkan Ambrosius, Hyeronimus, dan Agustinus adalah pemikir-pemikir yang menandai masa keemasan patristik Latin.
Masa keemasan patristik Yunani didorong oleh Edik Milan yang dikeluarkan Kaisar Constatinus Agung tahun 313 yang menjamin kebebasan beragama bagi umat Kristen. Agustinus adalah seorang pujangga gereja dan filsuf besar. Setelah melewati kehidupan masa muda yang hedonistis, Agustinus kemudian memeluk agama Kristen dan menciptakan sebuah tradisi filsafat Kristen yang berpengaruh besar pada abad pertengahan. Karyanya yang terpenting adalah Confessiones (pengakuan-pengakuan) dan De Civitate Dei (tentang kota Allah). Agustinus menentang aliran skeptisisme (aliran yang meragukan kebenaran). Menurut Agustinus skeptisisme itu sebetulnya merupakan bukti bahwa ada kebenaran. Orang ragu-ragu itu sebenarnya bukti bahwa dia tidak ragu-ragu tehadap satu hal yaitu bahwa ia ragu-ragu. Orang yang ragu-ragu itu sebetulnya berpikir, dan siapa yang harus berpikir harus ada. Aku ragu-ragu maka aku berpikir, aku berpikir maka aku berada.
Menurut Agustinus, Allah menciptakan dunia ex nihilo (konsep yang kemudian juga diikuti oleh Thomas Aquinos). Artinya, dalam menciptakan dunia dan isinya, Allah tidak menggunakan bahan. Jadi, berbeda dengan konsep yang diajarkan Plato bahwa me on merupakan dasar atau materi segala sesuatu.
Filsafat patristik mengalami kemunduran sejak abad V hingga abad VIII. Di barat dan timur tokoh-tokoh dan pemikir-pemikir baru dengan corak pemikiran yang berbeda dengan masa patristik.

B.     Masa Skolastik ( skolastik barat )

Istilah Skolastik adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti sekolah. Jadi, skolastik berati aliran atau yang berkaitan dengan sekolah.
Terdapat beberapa pengertian dari corak khas skolastik, sebagai berikut :
  1. Filsafat yang mempunyai corak semata-mata agama.
  2. Filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang rasional.
  3. Suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran pengetahuan alam kodrat.
  4. Filsafat Nasrani karena banyak dipengaruhi oleh ajaran gereja.
Dalam perkembangannya, periode skolastik Kristen terbagi menjadi tiga masa. Yaitu, Skolastik Awal (abad 9 – 12 M), Skolastik Keemasan (abad 13–14 M), dan Skolastik Akhir (abad 14–15 M). Setiap masa memiliki cirinya masing-masing. Skolastik awal ditandai dengan kebangkitan pemikiran dari kungkungan gerejawan yang telah membatasi filsafat. Atau, setidaknya mengarahkan filsafat agar sesuai dengan doktrin-doktrin agama. Walaupun filsafat belum sepenuhnya lepas dari pemikiran teologi kristiani.
Masa keemasan skolastik, kajian pemikiran Aristoteles jadi ciri utama. Seiring dengan menjamurnya kajian pemikiran para filosof klasik (Yunani) di dunia Islam, filosof di Eropa juga ikut terpengaruh. Mereka turut serta memperdalam filsafat dan ilmu pengetahuan. Tampak dari semakin banyaknya universitas pendidikan ilmu pengetahuan yang dibuka. 
Tokoh-tokoh terpenting pada masa skolastik adalah Boethius (480-524), Johanes Scotus Eurigena (810-877), Anselmus dari Canterbury (1033-1109), Petrus Abelardus (1079-1142), Albertus Agung (1205-1280), Thomas Aquinos (1225-1274), Johanes Duns Scotus (1226-1308), Guliemus dari Ockham (1285-1349), dan Nicholaus Cusanus (1401-1464).Johanes Scotus Eurigena mengajar di sekolah istana yang didirikan oleh Karel Agung. Anselmus adalah seorang uskup yang terkenal dengan semboyan Credo Ut Intelligam (saya percaya agar saya mengerti). Artinya, dengan percaya orang akan mendapatkan pemahaman lebih dalam tentang Allah.

Thomas Aquinos dijuluki pangeran masa skolastik. Ia adalah seorang biarawan ordo dominikan, mengajar di Paris, Jerman, dan Italia. Thomas Aquinos berpendapat bahwa filsafat harus mengabdi teologi, waktu itu dikenal ungkapan Philosophia Est Ancilla Theologiae. 

Manusia dapat mengenal Allah dengan menggunakan rasio. Tetapi, pengenalan itu hanya melalui ciptaan-ciptaan. Thomas membuktikan adanya Allah melalui rangkaian argumentasi yang dikenal dengan Quinqae Viae (Lima Jalan) yaitu:
  • Gejala adanya perubahan atau gerak
  • Gejala sebab dan akibat
  • Gejala kontingensi


-          Pengaruh Filsafat Abad Pertengahan terhadap Pemikiran Islam

Latar belakang dimulainya filsafat abad pertengahan adalah sikap ekstrem para pemuka agama Nasrani di dunia Barat (Eropa) pada 476-1492 M. Pada masa ini, para pemuka agama Nasrani (pihak gereja) membatasi aktivitas berpikir para filosof. Berdalih keimanan, segala potensi akal yang bertentangan dengan keyakinan para gerejawan, dibabat habis. Para filosof dianggap murtad, dihukum berat (dikucilkan) hingga hukuman mati.

Akibatnya, ilmu pengetahuan terhambat dan nyaris tidak berkembang. Semuanya diatur oleh doktrin-doktrin gereja yang berdasarkan keyakinan buta (fanatik). Sehingga, filsafat abad pertengahan disebut juga dengan nama abad kegelapan. Masa saat peradaban manusia dikungkung oleh banyak ketidaktahuan. Namun, fakta sejarah ini tidak berlaku di dunia Islam (Timur Tengah). Islam mulai disiarkan oleh Nabi Muhammad SAW ( lahir pada 20 April tahun 571 M ) sekitar tahun 612 di Mekkah. Setelah ia mendapatkan wahyu ketika ia berusia 40 tahun ( 611 M ). Karena penyebaran agama baru ini mendapat tantangan dari lingkungannya, Muhammad kemudian pindah (hijrah) ke Madinah pada tahun 622. Dari sinilah Islam berkembang ke seluruh dunia. Sampai tahun 750, wilayah Islam telah meliputi Jazirah Arab, Palestina, Afrika Utara, Irak, Suriah, Persia, Mesir, Sisilia, Spanyol, Asia Kecil, Rusia, Afganistan, dan daerah-daerah di Asia Tengah. Pada masa ini yang memerintah ialah Bani Umayyah dengan ibu kota Damaskus. Islam dipercaya tiba di Indonesia langsung dari Timur Tengah melalui jasa para pedagang Arab muslim sekitar abad ke-7 M.Berpusat di Bagdad, peradaban manusia tumbuh subur seiring dengan perkembangan filsafat yang pesat. Di sini, filsafat tidak dianggap sebagai ancaman. Bahkan, filsafat jadi sumbu utama maju dan berkembangnya ilmu pengetahuan (science) dan teknologi. Bermitra harmonis dengan nilai-nilai agama. 

Bagdad sebagai pusat peradaban Islam, dikenal sebagai negeri 1.001 malam karena tingginya perababan yang dimiliki. Bagdad pun dikenal memiliki perpustakaan terbesar di dunia pada saat itu. Lebih dari satu juta buku tersimpan.

Filsafat Islam merupakan filsafat yang seluruh cendekianya adalah muslim. Ada sejumlah perbedaan besar antara filsafat Islam dengan filsafat lain. Pertama, meski semula filsuf-filsuf muslim klasik menggali kembali karya filsafat Yunani terutama Aristoteles dan Plotinus, namun kemudian menyesuaikannya dengan ajaran Islam. Kedua, Islam adalah agama tauhid. Maka, bila dalam filsafat lain masih 'mencari Tuhan', dalam filsafat Islam justru Tuhan 'sudah ditemukan, dalam arti bukan berarti sudah usang dan tidak dbahas lagi, namun filsuf islam lebih memusatkan perhatiannya kepada manusia dan alam, karena sebagaimana kita ketahui, pembahasan Tuhan hanya menjadi sebuah pembahasan yang tak pernah ada finalnya.

-          Skolastik Islam ( Skolastik Timur )

Ciri utama dari skolastik Islam adalah dikajinya kembali pemikiran para filosof klasik, seperti Socrates, Plato, dan terutama Aristoteles. Telaah-telaah pemikiran mereka, kemudian dikembangkan dan disesuaikan untuk menjawab tantangan pada masa itu. 

Para ahli fikir skolastik Islam di antaranya Al-Kindi, Al-Farabi, Ar-Razi, Ibnu Sina, Al-Gazali, Ibnu Khaldun, Ibnu Rusyd, dan lain-lain. Di tangan para filosof skolastik Islam ini, sumbangan pemikiran dari para filosof sebelumnya (filosof klasik), dapat dipahami dan dikaji lebih mendalam. Termasuk jadi bahan utama perkembangan filsafat di Eropa, yaitu berkontribusi dalam periode skolastik Kristen. Dan, memberikan spirit kebebasan berpikir para filosof. Diwarnai situasi dalam komunitas Islam di Timur Tengah, abad 8 s/d 12 M. Abad ke-5 s/d abad ke-9 Eropa penuh kericuhan oleh perpindahan suku-suku bangsa dari utara. Pemikiran filsafat praktis tidak ada. Sebaliknya di Timur Tengah. Sejak hadirnya agama Islam dan munculnya peradaban baru yang bercorak Islam, ada perhatian besar kepada karya-karya filsuf Yunani. Itu bukan tanpa alasan. Pada awal abad 8 krisis kepemimpinan melanda Timur Tengah; amanat Nabi seperti terancam untuk menjadi pudar dan dalam situasi tak menentu itu dikalangan pada mukmin muncullah deretan panjang ahli pikir yang ingin berbuat sesuatu, berpangkal pada penggunaan akal dan azas-azas rasional, dan menyelamatkan Islam.

-          Pengaruh Filsafat Abad Pertengahan terhadap Filsafat Modern
Pada abad pertengahan, perkembangan alam pikiran di Barat amat terkekang oleh keharusan untuk disesuaikan dengan ajaran agama (doktrin gereja). Perkembangan penalaran tidak dilarang, tetapi harus disesuaikan dan diabdikan pada keyakinan agama.

Masa filsafat modern diawali dengan munculnya renaissance sekitar abad XV dan XVI M, yang bermaksud melahirkan kembali kebudayaan klasik Yunani-Romawi. Problem utama masa renaissance, sebagaimana periode skolastik, adalah sintesa agama dan filsafat dengan arah yang berbeda. Era renaissance ditandai dengan tercurahnya perhatian pada berbagai bidang kemanusiaan, baik sebagai individu maupun sosial.

Di antara filosof masa renaissance adalah Francis Bacon (1561-1626). Ia berpendapat bahwa filsafat harus dipisahkan dari teologi. Meskipun ia meyakini bahwa penalaran dapat menunjukkan Tuhan, tetapi ia menganggap bahwa segala sesuatu yang bercirikan lain dalam teologi hanya dapat diketahui dengan wahyu, sedangkan wahyu sepenuhnya bergantung pada penalaran. Hal ini menunjukkan bahwa Bacon termasuk orang yang membenarkan konsep kebenaran ganda (double truth), yaitu kebenaran akal dan wahyu. Puncak masa renaissance muncul pada era Rene Descartes (1596-1650) yang dianggap sebagai Bapak Filsafat Modern dan pelopor aliran Rasionalisme. Argumentasi yang dimajukan bertujuan untuk melepaskan diri dari kungkungan gereja. Hal ini tampak dalam semboyannya “cogito ergo sum” (saya berpikir maka saya ada). Pernyataan ini sangat terkenal dalam perkembangan pemikiran modern, karena mengangkat kembali derajat rasio dan pemikiran sebagai indikasi eksistensi setiap individu. Dalam hal ini, filsafat kembali mendapatkan kejayaannya dan mengalahkan peran agama, karena dengan rasio manusia dapat memperoleh kebenaran.

Kemudian muncul aliran Empirisme, dengan pelopor utamanya, Thomas Hobbes (1588-1679) dan John Locke (1632-1704). Aliran Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan dan pengenalan berasal dari pengalaman, baik pengalaman batiniah maupun lahiriah. Aliran ini juga menekankan pengenalan inderawi sebagai bentuk pengenalan yang sempurna.
Di tengah gegap gempitanya pemikiran rasionalisme dan empirisme, muncul gagasan baru di Inggris, yang kemudian berkembang ke Perancis dan akhirnya ke Jerman. Masa ini dikenal dengan Aufklarung atau Enlightenment atau masa pencerahan sekitar abad XVIII M.

Pada abad ini dirumuskan adanya keterpisahan rasio dari agama, akal terlepas dari kungkungan gereja, sehingga Voltaire (1694-1778) menyebutnya sebagai the age of reason (zaman penalaran). Sebagai salah satu konsekwensinya adalah supremasi rasio berkembang pesat yang pada gilirannya mendorong berkembangnya filsafat dan sains.

Meskipun demikian, di antara pemikir zaman aufklarung ada yang memperhatikan masalah agama, yaitu David Hume (1711-1776). Menurutnya, agama lahir dari hopes and fears (harapan dan penderitaan manusia). Agama berkembang melalui proses dari yang asli, yang bersifat politeis, kepada agama yang bersifat monoteis. Kemudian Jean Jacques Rousseau (1712-1778) berjuang melawan dominasi abad pencerahan yang materialistis dan atheis. Ia menentang rasionalisme yang membuat kehidupan menjadi gersang. Ia dikenal dengan semboyannya retournous a la nature (kembali ke keadaan asal), yakni kembali menjalin keakraban dengan alam.

Tokoh lainnya adalah Imanuel Kant (1724-1804). Filsafatnya dikenal dengan Idealisme Transendental atau Filsafat Kritisisme. Menurutnya, pengetahuan manusia merupakan sintesa antara apa yang secara apriori sudah ada dalam kesadaran dan pikiran dengan impresi yang diperoleh dari pengalaman (aposteriori). Ia berusaha meneliti kemampuan dan batas-batas rasio. Ia memposisikan akal dan rasa pada tempatnya, menyelamatkan sains dan agama dari gangguan skeptisisme.

Tokoh idealisme lainnya adalah George Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831). Filsafatnya dikenal dengan idealisme absolut yang bersifat monistik, yaitu seluruh yang ada merupakan bentuk dari akal yang satu, yakni akal yang absolut (absolut mind). Ia memandang agama Kristen yang dipahaminya secara panteistik sebagai bentuk terindah dan tertinggi dari segala agama.

Sementara di Inggris, Jeremy Benthem (1748-1832) dengan pemikiran-pemikirannya mengawali tumbuhnya aliran Utilitarianisme. Utility dalam bahasa Inggris berarti kegunaan dan manfaat. Makna semacam inilah yang menjadi dasar aliran Utilitarianisme. Tokoh lain aliran ini adalah John Stuart Mill (1806-1873) dan Henry Sidgwick (1838-1900). Menurut aliran utilitarianis bahwa pilihan terbaik dari berbagai kemungkinan tindakan perorangan maupun kolektif adalah yang paling banyak memberikan kebahagiaan pada banyak orang. Kebahagiaan diartikan sebagai terwujudnya rasa senang dan selamat atau hilangnya rasa sakit dan was-was. Hal ini bukan saja menjadi ukuran moral dan kebenaran, tetapi juga menjadi tujuan individu, masyarakat, dan negara.

Aliran filsafat yang lain adalah Positivisme. Dasar-dasar filsafat ini dibangun oleh Saint Simon dan dikembangkan oleh Auguste Comte (1798-1857). Ia menyatakan bahwa pengetahuan manusia berkembang secara evolusi dalam tiga tahap, yaitu teologis, metafisik, dan positif. Pengetahuan positif merupakan puncak pengetahuan manusia yang disebutnya sebagai pengetahuan ilmiah. Sesuai dengan pandangan tersebut kebenaran metafisik yang diperoleh dalam metafisika ditolak, karena kebenarannya sulit dibuktikan dalam kenyataan.

Auguste Comte mencoba mengembangkan Positivisme ke dalam agama atau sebagai pengganti agama. Hal ini terbukti dengan didirikannya Positive Societies di berbagai tempat yang memuja kemanusiaan sebagai ganti memuja Tuhan. Perkembangan selanjutnya dari aliran ini melahirkan aliran yang bertumpu kepada isi dan fakta-fakta yang bersifat materi, yang dikenal dengan Materialisme.
Tokoh aliran Materialisme adalah Feurbach (1804-1872). Ia menyatakan bahwa kepercayaan manusia kepada Allah sebenarnya berasal dari keinginan manusia yang merasa tidak bahagia. Lalu, manusia mencipta Wujud yang dapat dijadikan tumpuan harapan yaitu Tuhan, sehingga Feurbach menyatakan teologi harus diganti dengan antropologi. Tokoh lain aliran Materialisme adalah Karl Marx (1820-1883) yang menentang segala bentuk spiritualisme. Ia bersama Friederich Engels (1820-1895) membangun pemikiran komunisme pada tahun 1848 dengan manifesto komunisme. Karl Marx memandang bahwa manusia itu bebas, tidak terikat dengan yang transendental. Kehidupan manusia ditentukan oleh materi. Agama sebagai proyeksi kehendak manusia, bukan berasal dari dunia ghaib.

Periode filsafat modern di Barat menunjukkan adanya pergeseran, segala bentuk dominasi gereja, kependetaan dan anggapan bahwa kitab suci sebagai satu-satunya sumber pengetahuan diporak-porandakan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa abad modern merupakan era pembalasan terhadap zaman skolastik yang didominasi gereja.


2.2  SEJARAH FILSAFAT TIMUR
Sejarah filsafat timur merupakan sebutan bagi pemikiran-pemikiran filosofis yang berasal dari dunia asia, seperti filsafat cina, filsafat india, filsafat jepang, filsafat jepang, filsafat buddhisme, dan sebagainya. Masing-masing jenis filsafat merupakan suatu sistem-sistem pemikiran yang luas dan plural. Misalnya saja, filsafat India dapat terbagi menjadi filsafat hindu dan filsafat buddhisme, sedangkan filsafat Cina dapat terbagi menjadi konfusianisme dan teoisme. Belum lagi, banyak terjadi pertemuan dan percampuran antara sistem filsafat yang satu dengan yang lain, misalnya Buddhisme berakar dari Hinduisme, namun kemudian menjadi lebih berpengaruh di Tiongkok ketimbang di India. Di sisi lain, filsafat islam malah lebih banyak bertemu dengan filsafat barat. Akan tetapi, secara umum dikenal empat jenis filsafat Timur yang terkenal dengan sebutan "Empat Tradisi Besar" yaitu Hinduisme, Buddhisme, Taoisme, dan Konfusianisme.
Filsafat Timur memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan filsafat Barat, yang mana ciri-ciri agama terdapat juga di dalam filsafat Timur, sehingga banyak ahli berdebat mengenai dapat atau tidaknya pemikiran Timur dikatakan sebagai filsafat. Di dalam studi post-kolonial bahkan ditemukan bahwa filsafat Timur dianggap lebih rendah ketimbang sistem pemikiran Barat karena tidak memenuhi kriteria filsafat menurut filsafat Barat, misalnya karena dianggap memiliki unsur keagamaan atau mistik. Akan tetapi, sekalipun di antara filsafat Timur dan filsafat Barat terdapat perbedaan-perbedaan, namun tidak dapat dinilai mana yang lebih baik, sebab masing-masing memiliki keunikannya sendiri. Selain itu, keduanya diharapkan dapat saling melengkapi khazanah filsafat secara luas.



2.3 SEJARAH FILSAFAT MASA DEPAN
Masa filsafat modern diawali dengan munculnya renaissance sekitar abad XV dan XVI M, yang bermaksud melahirkan kembali kebudayaan klasik Yunani-Romawi. Problem utama masa renaissance, sebagaimana periode skolastik, adalah sintesa agama dan filsafat dengan arah yang berbeda. Era renaissance ditandai dengan tercurahnya perhatian pada berbagai bidang kemanusiaan, baik sebagai individu maupun sosial.
Di antara filosof masa renaissance adalah Francis Bacon (1561-1626). Ia berpendapat bahwa filsafat harus dipisahkan dari teologi. Meskipun ia meyakini bahwa penalaran dapat menunjukkan Tuhan, tetapi ia menganggap bahwa segala sesuatu yang bercirikan lain dalam teologi hanya dapat diketahui dengan wahyu, sedangkan wahyu sepenuhnya bergantung pada penalaran. Hal ini menunjukkan bahwa Bacon termasuk orang yang membenarkan konsep kebenaran ganda (double truth), yaitu kebenaran akal dan wahyu. Puncak masa renaissance muncul pada era Rene Descartes (1596-1650) yang dianggap sebagai Bapak Filsafat Modern dan pelopor aliran Rasionalisme.
 Argumentasi yang dimajukan bertujuan untuk melepaskan diri dari kungkungan gereja. Hal ini tampak dalam semboyannya “cogito ergo sum” (saya berpikir maka saya ada). Pernyataan ini sangat terkenal dalam perkembangan pemikiran modern, karena mengangkat kembali derajat rasio dan pemikiran sebagai indikasi eksistensi setiap individu. Dalam hal ini, filsafat kembali mendapatkan kejayaannya dan mengalahkan peran agama, karena dengan rasio manusia dapat memperoleh kebenaran.
Abad modern merupakan era pembalasan terhadap zaman skolastik yang didominasi gereja. Aliran yang menjadi pendahuluan ajaran filsafat modern didasarkan pada suatu kesadaran atas yang individual dan yang konkrit. Dalam era filsafat modern yang kemudian dilanjutkan dengan era filsafat abad ke-20.
Beberapa filosof abad ke-20
1.      Rasionalisme
2.      Emperisme
3.      Kritisme
4.      Idealism
5.      Positifme
6.      Evolusionisme
7.      Metarilisme
8.      Neo-kantianisme
9.      Pragmatism
10.  Filsafat hidup
11.  Fenomenologi
12.  Eksistensialisme
13.  Ne-thomisme

-Ciri khas pemikiran filsafat zaman modern
Ada dua hal yang menandai sejarah modern yaitu runtuhnya otoritas gereja dan menguat otoritas sains. Dua hal  itu yang dasarnya menjelaskan lain-lain. Kebudayaan modern kurang bernuansa gerejawi Negara-negara semakin menggantikan gereja sebagai otoritas politik yang mengontrol kebudayaan. Mula-mula kekuasaan bangsa-bangsa utamanya berada ditangan raja kemudian sebagaimana di Yunani kuno. Raja-raja secara perlahan digantikan oleh demokrasi atau tran.
Penolakan terhadap  otoritas gereja yang merupakan cirri negative dari abad modern. Muncul lebih awal dari pada cirri positifnya yakni penerimaan terhadap otoritas sains. Dalam penasonse italia, sains memainkan peran yang sangat kecil, perlawanan terhadap gereja oleh orang-orang yang dihubungkan dangan zaman kuno jauh sebelum tumbuhnya otoritas gereja dan abad pertengahan serbuan sains pertama kali datang secara serius melalui publikasi teori Copernican pada tahun 1543.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bahwa perkembangan sejarah eropa lahir karena sejarah islam dari timur tengah yang kemudian dibawa keeropa dan diulas kembali oleh pada filosof dan kemudian menyimpulkan agama Kristen lah yang berhak pada masa kekuasaan saat itu. Segala sendi kehidupan pun harus mengikuti aturan-aturan yang dibuat oleh petinggi gereja sedangkan filosof mulai dihilangkan karena menurut mereka yang ada dimasa tersebut para filosof hanya dianggap murtad dan harus mendapat hukuman seberat mungkin.
Kemudian pada masa filsafat timur lah mengkaji kembali pemikiran islam yang telah hilang. Dikaji kembali sehingga timbul pendapat bahwa sejarah filsafat timur belum bisa dikatakan filsafat.

3.2 saran
Demikianlah makalah ini kami susun dan kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang harus kami benahi baik dalam kerapian maupun tulisan. Demi kesempurnaan makalah ini penulis berharap kritik dan saran dari pembaca.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

makalah sepak takraw

MAKALAH KARYA ILMIAH BAHAYA NARKOBA BAGI REMAJA

makalah sepak bola