RESUME PENCEGAHAN DAN PERAWATAN CIDERA
RESUME
PENCEGAHAN DAN PERAWATAN CIDERA
DISUSUN OLEH
ADRIANUS KAKUNSI
A 421 15 125
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2017
RESUME
PENCEGAHAN DAN PERAWATAN CIDERA
A.
Deskripsi Teori
Olahraga bertujuan untuk menyehatkan badan, memberikan kebugaran jasmani
selama cara-cara melakukannya sudah dalam kondisi yang benar. Apakah semua
macam olahraga bisa menimbulkan cedera?
Cedera yang dialami tergantung dari macamnya olahraga, misalnya olahrag
sepak bola, tenis meja, balapan tentu memberikan resiko cedera yang
berbeda-beda.
Kegiatan olahraga sekarang ini telah benar-benar menjadikan bagian
masyarakat kita, baik pada masyarakat atau golongan dengan sosial ekonomi yang
rendah sampai yang paling baik. Telah menyadari kegunaan akan pentingnya
latihan-latihan yang teratur untuk kesegaran dan kesehatan jasmani dan rohani.
Seseorang melakukan olahraga dengan tujuan untuk mendapatkan kebugaran
jasmani, kesehatan maupun kesenangan bahkan ada yang sekedar hobi, sedangkan
atlit baik amatir dan profesional selalu berusaha mencapai prestasi
sekurang-kurangnya untuk menjadi juara. Namun beberapa faktor yang mempunyai
peran perlu diperhatikan antara lain :
a. Usia Kesehatan Kebugaran
Menurut pengetahuan yang ada pada saat ini, apa yang disebut proses
digenerasi mulai berlangsung pada usia 30 tahun, dan fungsi tubuh akan
berkurang 1% pertahun (Rule of one), ini berarti bahwa kekuatan dan kelentukan
jaringan akan mulai berkurang akibat proses degenerasi, selain itu jaringan
menjadi rentan terhadap trauma. Untuk mempertahankan kondisi agar tidak terjadi
pengurangan fungsi tubuh akibat degenerasi, maka latihan sangat diperlukan guna
mencegah timbulnya Atrofi, dengan demikian bahwa usia memegang peranan.
b. Jenis Kelamin
Sistem hormon pada tubuh manusia berbeda dengan wanita, demikian pula
dengan bentuk tubuh, mengingat perbedaan dan perubahan fisik, maka tidak semua
jenis olahraga cocok untuk semua golonganusia atau jenis kelamin. Hal ini apabila
dipaksakan, maka akan timbul cedera yang sifatnya pun juga tertentu untuk jenis
olahraga tertentu
c. Jenis Olahraga
Kita tahu bahwa setiap macam olahraga, apapun jenisnya, mempunyai peraturan
permainan tertentu dengan tujuan agar tidak menimbulkan cedera, peraturan
tersebut merupakan salah satu mencegahnya.
d. Pengalaman Teknik Olahraga
Untuk melaksanakan olahraga yang baik agar tujuan tercapai perlu persiapan
dan latihan antara lain :
o Metode atau cara berlatihnya.
o Tekniknya agar tidak terjadi “over
use”.
e. Sarana atau Fasilitas
Walaupun telah diusahakan dengan baik kemungkinan cedera masih timbul
akibat sarana yang kurang memadai
f. Gizi
Olahraga memerlukan tenaga untuk itu perlu gizi yzng baik, selain itu gizi menentukan
kesehatan dan kebugaran.
Dalam ilmu kedokteran sangat jelas bahwa dengan olahraga yang teratur
memegang peranan untuk memperoleh badan yang sehat, menghindari
penyakit-penyakit seperti penyakit jantung, serta menunda proses-proses
degeneratif yang tidak bisa dihindari oleh proses penuaan. Keadaan akan
pentingnya serta keuntungan yang diakibatkan oleh olahraga adalah sesuai dengan
perubahan-perubahan kondisi sosial dan ekonomibila kita menilai beragam
olahraga, ada permainan-permainan tertentu yang bersifat kompetitif untuk
dipertandingkan dimana masing-masing individu harus bisa mencapai prestasi
maksimal untuk mencapai kemenangan, ini yang sering mengundang terjadinya
cedera olahraga, namun dapat dihindari bila faktor-faktor penyebab serta peralatan
olahraga tersebut diperhatikan.
Dalam cedera macam-macan pula derajat cederanya mulai dari yang ringan
sampai yang sangat berat, karena faktornya: jenis kelamin, derajat cedera,
ukuran tubuh, anatomi, kesegaran aerobik, kekuatan otot, kekuatan, kelemahan
ligamen, kontrol motorik pusat, kejiwaan, kemampuan mental merupakan
faktor-faktor dalam kecenderungan cedera.
B. Kerangka Berfikir
Tujuan utama dalam mempelajari tentang cedera olahraga adalah supaya
mahasiswa atau buru pendidikan jasmani mengetahui bagaimana menangani cedera
olahraga dan bagaiman mencegahnya. Untuk tidak menjadi kabur tentang perbedaan
banyak ragam jenis cedera maka perlu diberikan penjelasan tentang pengertian
cedera, yaitu :
1. Cedera
Cedera adalah suatu akibat daripada gaya-gaya yang bekerja pada tubuh atau
sebagian daripada tubuh dimana melampaui kemampuan tubuh untuk mengatasinya,
gaya-gaya ini bisa berlangsung dengan cepat atau jangka lama.
Dapat dipertegas bahwa hasil suatu tenaga atau kekuatan yang berlebihan
dilimpahkan pada tubuh atau sebagian tubuh sehingga tubuh atau bagian tubuh
tersebut tidak dapat menahan dan tidak dapat menyesuaikan diri.
Harus diingat bahwa setiap orang dapat terkena celaka yang bukan karena
kegiatan olahraga, biarpun kita telah berhati-hati tetapi masih juga celaka,
tetapibila kita berhati-hati kita akan bisa mengurangi resiko celaka tersebut.
2. Cedera Olahraga
Kegiatan olahraga yang sekarang terus dipacu untuk dikembangkan dan
ditingkatkan bukan hanya olahraga prestasi atau kompetisi, tetapi olahraga juga
untuk kebugaran jasmani secara umum. Kebugaran jasmani tidak hanya punya
keuntungan secara pribadi, tetapi juga memberikan keuntungan bagi masyarakat
dan negara. Oleh karena itu kegiatan olahraga sekarang ini semakin mendapat
perhatian yang luas.
Bersamaan dengan meningkatnya aktivitas keolahragaan tersebut, korban
cedera olahraga juga ikut bertambah. Sangat disayangkan jika hanya karena
cedera olahraga tersebut para pelaku olahraga sulit meningkatkan atau
mempertahankan prestasi.
“Cedera Olahraga” adalah rasa sakit yang ditimbulkan karena olahraga,
sehingga dapat menimbulkan cacat, luka dan rusak pada otot atau sendi serta
bagian lain dari tubuh.
Cedera olahraga jika tidak ditangani dengan cepat dan benar dapat mengakibatkan
gangguan atau keterbatasan fisik, baik dalam melakukan aktivitas hidup
sehari-hari maupun melakukan aktivitas olahraga yang bersangkutan. Bahkan bagi
atlit cedera ini bisa berarti istirahat yang cukup lama dan mungkin harus
meninggalkan sama sekali hobi dan profesinya. Oleh sebab itu dalam penaganan
cedera olahraga harus dilakukan secara tim yang multidisipliner.
Cedera olahraga dapat digolongkan 2 kelompok besar :
a. Kelompok kerusakan traumatik (traumatic disruption)
seperti : lecet, lepuh, memar, leban otot, luka, “stram” otot, “sprain” sendi,
dislokasi sendi, patah tulang, trauma kepala-leher-tulang belakang, trauma
tulang pinggul, trauma pada dada, trauma pada perut, cedera anggota gerak atas
dan bawah.
b. Kelompok “sindroma penggunaan berlebihan” (over use syndromes),
yang lebih spesifik yang berhubungan dengan jenis olahraganya, seperti : tenis
elbow, golfer’s elbow swimer’s shoulder, jumper’s knee, stress fracture pada
tungkai dan kaki.
C. Macam Cedera Olahraga
Didalam menangani cedera olahraga (sport injury) agar terjadi pemulihan
seorang atlit untuk kembali melaksanakan kegiatan dan kalau perlu ke prestasi
puncak sebelum cedera.
Kita ketahui penyembuhan penyakit atau cedera memerlukan waktu penyembuhan
yang secara alamiah tidak akan sama untuk semua alat (organ) atau sistem
jaringan ditubuh, selain itu penyembuhan juga tergantung dari derajat kerusakan
yang diderita, cepat lambat serta ketepatan penanggulangan secara dini.
Dengan demikian peran seseorang yang berkecimpung dalam kedokteran olahraga
perlu bekal pengetahuan mengenai penyembuhan luka serta cara memberikan terapi
agar tidak menimbulkan kerusakan yang lebih parah, sehingga penyembuhan serta
pemulihan fungsi, alat dan sistem anggota yang cedera dapat dicapai dalam waktu
singkat untuk mencapai prestasi kembali, maka latihan untuk pemulihan dan
peningkatan prestasi sangat diperlukan untuk mempertahankan kondisi jaringan
yang cedera agar tidak terjadi penecilan otot (atropi).
Agar selalu tepat dalam menangani kasus cedera maka sangat diperlukan
adanya pengetahuan tentang macam-macam cedera.
D. Klasifikasi Cedera Olahraga
Secara umum cedera olahraga diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu :
a. Cedera tingkat 1 (cedera ringan)
Pada cedera ini penderita tidak mengalami keluhan yang serius, namun dapat
mengganggu penampilan atlit. Misalnya: lecet, memar, sprain yang ringan.
b. Cedera tingkat 2 (cedera sedang)
Pada cedera tingkat kerusakan jaringan lebih nyata berpengaruh pada
performance atlit. Keluhan bias berupa nyeri, bengkak, gangguan fungsi
(tanda-tanda inplamasi) misalnya: lebar otot, straing otot, tendon-tendon,
robeknya ligament (sprain grade II).
c. Cedera tingkat 3 (cedera berat)
Pada cedera tingkat ini atlit perlu penanganan yang intensif, istirahat
total dan mungkin perlu tindakan bedah jika terdapat robekan lengkap atau
hamper lengkap ligament (sprain grade III) dan IV atau sprain fracture) atau
fracture tulang.
d. Strain dan Sprain
Strain dan sprain adalah kondisi yang sering ditemukan pada cedera olahraga.
1. Strain
Straing adalah menyangkut cedera otot atau tendon. Straing dapat dibagi
atas 3 tingkat, yaitu :
a) Tinkat 1 (ringan)
Straing tingkat ini tidak ada robekan hanya terdapat kondisi inflamasi
ringan, meskipun tidak ada penurunan kekuatan otot, tetapi pada kondisi
tertentu cukup mengganggu atlit. Misalnya straing dari otot hamstring (otot
paha belakang) akan mempengaruhi atlit pelari jarak pendek (sprinter), atau
pada baseball pitcher yang cukup terganggu dengan strain otot-otot lengan atas
meskipun hanya ringan, tetapi dapat menurunkan endurance (daya tahannya).
b) Tingkat 2 (sedang)
Strain pada tingkat 2 ini sudah terdapat kerusakan pada otot atau tendon,
sehingga dapat mengurangi kekuatan atlit.
c) Tingkat 3 (berat)
Straing pada tingkat 3 ini sudah terjadi rupture yang lebih hebat sampai
komplit, pada tingkat 3 diperlukan tindakan bedah (repair) sampai fisioterapi
dan rehabilitasi.
2. Sprain
Sprain adalah cedera yang menyangkut cedera ligament. Sprain dapat dibagi 4
tingkat, yaitu :
a) Tingkat 1 (ringan)
Cedera tingkat 1 ini hanya terjadi robekan pada serat ligament yang
terdapat hematom kecil di dalam ligamen dan tidak ada gangguan fungsi.
b) Tingkat 2 (sedang)
Cedera sprain tingkat 2 ini terjadi robekan yang lebih luas, tetapi 50%
masih baik. Hal ini sudah terjadi gangguan fungsi, tindakan proteksi harus
dilakukan untuk memungkinkan terjadinya kesembuhan. Imobilisasi diperlukan 6-10
minggu untuk benar-benar aman dan mungkin diperlukan waktu 4 bulan. Seringkali
terjadi pada atlit memaksakan diri sebelum selesainya waktu pemulihan belum
berakhir dan akibatnya akan timbul cedera baru lagi.
c) Tingkat 3 (berat)
Cedera sprain tingkat 3 ini terjadinya robekan total atau lepasnya ligament
dari tempat lekatnya dan fungsinya terganggu secara total. Maka sangat penting
untuk segera menempatkan kedua ujung robekan secara berdekatan.
d) Tingkat 4 (Sprain fraktur)
Cedera sprain tingkat 4 ini terjadi akibat ligamennya robek dimana tempat
lekatnya pada tulang dengan diikuti lepasnya sebagian tulang tersebut.
E. Penyebab dan Pencegahan
pada cedera olahraga
Cedera olahraga perlu diperhatikan terutama bagi para pelatih, guru
pendidikan jasmani, maupun pemerhati olahraga khususnya yang mempunyai atlit
cedera olahraga.
Sekarang hendakna kita satukan bahasa dahulu bahwa yang paling sental dalam
pengelolaan cedera bukanlah tenaga medis tetapi pelatih olahraga, yaitu orang
yang paling dekat dengan atlit. Sebaik apapun tim medis disiapkan akan kalah
dibandingkan dengan kita menyiapkan para pelatih olahraga yang tahu tentang
olahraga.
Pulih tidaknya cedera sebagian besar tergantung tindakan pertama pada saat
cedera. Cedera ringan tidak kalah berbahayanya dari cedera berat terhadap masa
depan atlit.
Dalam rangka persiapan menghadapi suatu event. Mengistirahatkan atlit boleh
dikatakan mustahil karena waktu yang tersedia selalu terbatas. Disinilah muncul
seni yang tinggi tentang pengelolaan atlit yang cedera.
Pelatih harus menyadari bahwa tiap olahraga mempunyai kecenderungan cedera
yang berbeda. Sebagai pelatih, guru pendidikan jasmani haruslah mengetahui cara
pencegahan ataupun pertolongan pertama secara benar.
Banyak sekali penyebab-penyebab cedera olahraga yang perlu diperhatikan,
sehingga para atlit dapat menepis atau menghindari kecenderungan untuk cedera
olahraga.
F. Penyebab Cedera
Olahraga
Beberapa faktor penting yang ada perlu diperhatikan sebagai penyebab cedara
olahraga.
1. Faktor olahragawan/olagragawati
a. Umur
Faktor umur sangat menentukan karena mempengaruhi kekuatan serta kekenyalan
jaringan. Misalnya pada umur 30-40 tahun raluman kekuatan otot akan relative
menurun. Elastisitas tendon dan ligament menurun pada usia 30 tahun.
Kegiatan-kegiatan fisik mencapai puncaknya pada usia 20-40 tahun.
b. Faktor pribadi
Kematangan (motoritas) seorang olahraga akan lebih mudah dan lebih sering
mengalami cedera dibandingkan dengan olahragawan yang sudah berpengalaman.
c. Pengalaman
Bagi atlit yang baru terjun akan lebih mudah terkena cedera dibandingkan
dengan olahragawan atau atlit yang sudah berpengalaman.
d. Tingkat latihan
Betapa penting peran latihan yaitu pemberian awal dasar latihan fisik untuk
menghindari terjadinya cedera, namun sebaliknya latihan yang terlalu berlebihan
bias mengakibatkan cedera karena “over use”.
e. Teknik
Perlu diciptakan teknik yang benar untuk menghindari cedera. Dalam
melakukan teknik yang salah maka akan menyebabkan cedera.
f. Kemampuan awal (warming up)
Kecenderungan tinggi apabila tidak dilakukan dengan pemanasan, sehingga
terhindar dari cedera yang tidak di inginkan. Misalnya : terjadi sprain, strain
ataupun rupture tendon dan lain-lain.
g. Recovery period
Memberi waktu istirahat pada organ-organ tubuh termasuk sistem
musculoskeletal setelah dipergunakan untuk bermain perlu untuk recovery (pulih
awal) dimana kondisi organ-organ itu menjadi prima lagi, dengan demikaian
kemungkinan terjadinya cedera bisa dihindari.
h. Kondisi tubuh yang “fit”
Kondisi yang kurang sehat sebaiknya jangan dipaksakan untuk berolahrag,
karena kondisi semua jaringan dipengaruhi sehingga mempercepat atau mempermudah
terjadinya cedera.
i. Keseimbangan Nutrisi
Keseimbangan nutrisi baik berupa kalori, cairan, vitamin yang cukup untuk
kebutuhan tubuh yang sehat.
j. Hal-hal yang umum
Tidur untuk istirahat yang cukup, hindari minuman beralkohol, rokok dan
yang lain.
2. Peralatan dan Fasilitas
Peralatan : bila kurang atau tidak memadai, design yang jelek dan kurang
baik akan mudah terjadinya cedera.
Fasilitas : kemungkinan alat-alat proteksi badan, jenis olahraga yang
bersifat body contack, serta jenis olahraga yang khusus.
3. Faktor karakter dari pada olahraga tersebut
Masing-masing cabang olahrag mempunyai tujuan tertentu. Missal olahraga
yang kompetitif biasanya mengundang cedera olahraga dan sebagainya, ini semua
harus diketahui sebelumnya.
G. Pencegahan Cedera
Mencegah lebih baik daripada mengobati, hal ini tetap merupakan kaidah yang
harus dipegang teguh. Banyak cara pencegahan tampaknya biasa-biasa saja, tetapi
masing-masing tetaplah memiliki kekhususan yang perlu diperhatikan.
1. Pencegahan lewat keterampilan
Pencegahan lewat keterampilan mempunyai andil yang besar dalam pencegahan
cedera itu telah terbukti, karena penyiapan atlit dan resikonya harus dipikirkan
lebih awal. Untuk itu para atlit sangat perlu ditumbuhkan kemampuan untuk
bersikap wjar atau relaks. Dalam meningkatkan atlit tidak cukup keterampilan
tentang kemampuan fisik saja namun termasuk daya pikir, membaca situasi,
mengetahui bahaya yang bisa terjadi dan mengurangi resiko. Pelatih juga harus
mampu mengenali tanda-tanda kelelahan pada atlitnya, serta harus dapt
mengurangi dosis latihan sebelum resiko cedar timbul.
a) Mengurangnya antusiasme atau kurang tanggap
b) Kulit dan otot terasa mengembang
c) Kehilangan selera makan
d) Gangguan tidur, sampai bangun masih terasa lelah
e) Meningkatnya frekuensi jantung saat istirahat
f) Penurunan berat badan
g) Melambatnya pemulihan
h) Cenderung menghindari latihan atau pertandingan
2. Pencegahan lewat Fitness
Fitness secara terus menerus mampu mencegah cedera pada atlit baik cedera
otot, sendi dan tendo, serta mampu bertahan untuk pertandingan lebih lama tanpa
kelelahan.
a. Strength
Otot lebih kuat jika dilatih, beban waktu latihan yang cukup sesuai nomor
yang diinginkan untuk. Untuk latihan sifatnya individual, otot yang dilatih
benar-benar tidak mudah cedera.
b. Daya tahan
Daya tahan meliputi endurance otot, paru dan jantung. Daya tahan yang baik
berarti tidak cepat lelah, karena kelelahan mengundang cedera.
c. Pencegahan lewat makanan
Nutrisi yang baik akan mempunyai andil mencegah cedera karena memperbaiki
proses pemulihan kesegaran diantara latihan-latihan.
Makan harus memenuhi tuntutan gizi yang dibutuhkan atlit sehubungan dengan
latihannya.
Atlit harus makan-makanan yang mudah dicerna dan yang berenergi tinggi
kira-kira 2,5 jam sebelum latihan atau pertandingan.
Pencegahan lewat Warming up ada 3 alasan kenapa warm up harus dilakukan :
· Untuk melenturkan (stretching) otot, tendon dan ligament utama yang akan
dipakai.
· Untuk menaikkan suhu terutama bagian dalam seperti otot dan sendi.
· Untuk menyiapkan atlit secara fisik dan mental menghadapi tugasnya.
d. Pencegahan lewat lingkungan
Banyak terjadi bahwa cedera karena lingkungan. Seorang atlit jatuh karena
tersandung sesuatu (tas, peralatan yang tidak ditaruh secara baik) dan cedera.
Harusnya memperhatikan peralatan dan barang ditaruh secara benar agar tidak
membahayakan.
e. Peralatan
Peralatan yang standart punya peranan penting dalam mencegah cedera.
Kerusakan alat sering menjadi penyebab cedera pula, contoh yang sederhan
seperti sepatu. Sepatu adalah salah satu bagian peralatan dalam berolahraga
yang mendapat banyak perhatian para ahli. Masing-masing cabang olahraga umumnya
mempunyai model sepatu dengan cirinya sendiri. Yang paling banyak dibicarakan
adalah sepatu olahraga lari. Hal ini di hubungkan dengan dominanya olahraga
lari, baik yang berdiri sendiri maupun sebagai bagian dari orang lain.
Sepatu yang baiksangat membantu kenyamanan berolahraga dan dapat
memperkecil resiko cedera olahraga.
Kontruksi sepatu
Sepatu lari yang baik mempunyai cirri-ciri kontruksi sebagai berikut :
1) Sol relative tebal dan kuat, tetapi cukup elastic sehingga
mampu meredam benturan. Biasanya mempunyai permukaan yang tidak rata
(bergelombang atau berkembang-kembang).
2) Tumit harus sedikit lebih tinggi dari bagian depan ½ inci
(1,3 cm).
3) Bagian belakang “counter” ditinggikan sedikit sebagai
“Achilles pad” dengan tujuan mencegah cedera tendon Achilles.
4) Terdapat “arch support” yang baik.
5) Harus cukup fleksibel, bisa dibengkokkan dengan mudah.
6) “Heel counter” harus kuat dan kaku.
7) Berat sepatu sekitar 238-340 gram.
Sepatu dikatakan pas jika jarak antara ujung jari kaki dengan bagian depan
sepatu selebar satu jari tangan (1,5 cm), bagian yang lebar dari kaki pas
dengan bagian lebar dari sepatu, serta tumit “terpegang” dengan pas pada
“counter” (bagian belakang sepatu). Pengepasan sepatu harus dengan memakai kaos
kaki (harus cukup empuk dan tebal) yang bisa digunakan.
f. Medan
Medan dalam menggunakan latihan atau pertandingan mungkin dari alam, buatan
atau sintetik, keduanya menimbulkan masalah. Alam dapat selalu berubah-ubah
karena iklim, sedang sintetik yang telah banyak dipakai juga dapat rusak. Yang
terpenting atlit mampu menghalau dan mengantisipasi hal-hal penyebab cedera.
g. Pencegahan lewat pakaian
Pakaian sangat tergantung selera tetapi haruslah dipilih dengan benar,
seperti kaos, celana, kaos kaki, perlu mendapat perhatian. Misalnya celana jika
terlalu ketat dan tidak elastis maka dalam melakukan gerakan juga tidak bebas.
Khususnya atletik, sehingga menyebabkan lecet-lecet pada daerah selakangan dan
bahkan akan mempengaruhi penampilan atlit.
h. Pencegahan lewat pertolongan
Setiap cedera memberi tiap kemungkinan untuk cedera lagi yang sama atau
yang lebih berat lagi. Masalahnya ada kelemahan otot yang berakibat kurang
stabil atau kelainan anatomi, ketidakstabilan tersebut penyebab cedera
berikutnya. Dengan demikian dalam menangani atau pemberian pertolongan harus
kondisi benar dan rehabilitasi yang tepat pula.
i. Implikasi terhadap
pelatih
Sikap tanggung jawab dan sportifitas dari pelatih, official, tenaga
kesehatan dan atlitnya sendiri secara bersama-sama. Yakinkan bahwa atlitnya
memang siap untuk tampil, bila tidak janganlah mencoba-coba untuk ditampilkan
dari pada mengundang permasalahan. Sebagai pelatih juga perlu memikirkan masa
depan atlit merupakan faktor yang lebih penting.
H. Perawatan dan Pengobatan cedera
olahraga
Dalam melakukan perawatan dan pengobatan cedera olahraga terlebih dahulu
mengetahui dan apa yang harus dikerjakan. Terdapat pendarahan tidak, fruktur
tulang (patah tulang) dan sebagainya, atau mungkin terjadi kerusakan pembuluh
darah kecil atau besar (pendarahan dibawah kulit) di daerah itu. Bila ini
terjadi akan ada warna ungu, nyeri dan bengkak.
A. Penanganan pendarahan
Penanganan cedera dinilai lewat tingkatan cedera berdasarkan adanya pendarahan
lokal.
1. Akut (0-24 jam)
Terjadi cedera antara saat kejadian sampai proses pendarahan berhenti,
biasanya samapai 24 jam. Dalam pertolongan yang benar dapat mempersingkat
periode ini.
2. Sub-Akut (24-48 jam)
Pada saat masa akut telah berakhir, pendarahan telah berhenti, tetapi bisa
berdarah kembali. Bila pertolongan tidak benar dapat kembali ke tingkat akut
dan berdarah kembali.
3. Tingkat lanjut (48 jam sampai lebih)
Pendarahan telah berhenti, dan kecil kemungkinan kembali ke tingkat akut, pada
saat ini penyembuhan telah mulai. Dengan pertolongan yang baikmasa ini dapat
mempersingkat. Pelatih harus sangat mahir dalam hal ini agar tahu kapan harus
meminta pertolongan dokter.
B. Penanganan pertama
Pulihnya atlit dan mampu aktif kembali sangat tergantung dari
keputusan yang dibuat saat terjadi cedera, serta pertolongan yang diberikan.
Bila dokter tidak ada, maka terpaksa pelatih harus memutuskan sendiri, keadaan
ini paling banyak berlaku.
Pelatih harus mampu memutuskan apakah atlit terus atau berhenti, untuk
cedera yang berat keputusannya sangat mudah diambil, tetapi untuk cedera yang
ringan keputusannya menjadi sangat sulit. Bila ragu istirahatkan atlit anda,
pelatih sebaiknya mampu melakukan pemeriksaan praktis fungsional dilapangan.
C. Penanganan rehabilitasi medik
Pada terjadinya cedera olahraga upaya rehabilitasi medik yang sering
digunakan adalah :
1. Pelayanan spesialistik rehabilitasi medik
2. Pelayanan fisioterapi
3. Pelayanan alat bantu (ortesa)
4. Pelayananpengganti tubuh (protesa)
Penangana rehabilitasi medik harus sesuai dengan kondisi cedera.
a. Penanganan rehabilitasi medik pada cedera olahraga
akut.
Cedera akut ini terjadi dalam waktu 0-24 jam. Yang paling penting adalah
penangananya. Pertama adalah evaluasi awal tentang keadaan umum penderita,
untuk menentukan apakah ada keadaan yang mengancam kelangsungan hidupnya. Bila
ada tindakan pertama harus berupa penyelamatan jiwa. Setelah diketahui
tidak ada hal yang membahayakan jiwa atau hal tersebut telah teratasi maka
dilanjutkan upaya yang terkenal yaitu RICE :
R – Rest
: diistirahatkan adalah tindakan pertolongan pertama yang esensial penting
untuk mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut.
I – Ice : terapi dingin,
gunanya mengurangi pendarahan dan meredakan rasa nyeri.
C – Compression : penekanan atau balut
tekan gunanya membantu mengurangi pembengkakan jaringan dan pendarahan lebih
lanjut.
E – Elevatin : peninggian daerah
cedera gunanya mencegah statis, mengurangi edema (pembengkakan) dan rasa nyeri.
b. Penanganan rehabilitasi pada cedera olahraga lanjut
Pada masa ini rehabilitasi tergantung pada problem yang ada antara lain
berupa :
· Pemberian modalitas terapi fisik
Terapi dingin :
Cara pemberian terapi dingin sebagai berikut :
1. Kompress dingin
Teknik : potongan es dimasukkan dalam kantong yang tidak tembus air lalu
kompreskan pada bagian yang cedera.
Lamanya : 20-30 menit dengan interval kira-kira 10 menit.
2. Masase es
Tekniknya dengan menggosok-gosokkan es yang telah dibungkus dengan lama 5-7
menit, dapat diulang dengan tenggang waktu 10 menit.
3. Pencelupan atau peredaman
Tekniknya yaitu memasukkan tubuh atau bagian tubuh kedalam bak air dingin
yang dicampur dengan es. Lamanya 10-20 menit.
4. Semprot dingin
Tekniknya dengan menyemprotkan kloretil atau fluorimethane kebagian tubuh
yang cedera.
Terapi panas :
Pada umumnya toleransi yang baik pada terapi panas adalah bila diberikan
pada fase subakut dan kronis dari suatu cedera, tetapi panas juga dapat
diberikan pada keadaan akut. Panas yang kita berikan ketubuh akan masuk atau
berpenetrasi kedalamnya. Kedalam penetrasi ini tergantung pada jenis terapi
panas yang diberikan seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1 : Pembagian terapi panas menurut kedalaman penetrasinya.
Penetrasi
|
Macam
|
Contoh
|
Dangkal (superfisial)
Dalam(Deep)
|
Lembab/Basah
Kering
Diatermi
|
Kompres kain air panas
“Hydrocollator pack”
Mandi uap panas
“Paraffin wax bath”
Hydrotherapy
Kompres botol air panas
Kompres bantal pemanas tenaga listrik
Lampu merah infra
Diatermi gelombang pendek
Diatermi gelombang mikro
Diatermi suara ultra
|
Secara ringkas efek pemberian panas secara lokal dapat dilihat pada tabel
no 2.
Table 2 : Respon fisiologis terhadap panas
1.
Panas meningkatkan efek vaskulatik jaringan kolagen.
2.
Panas mengurangi dan menghilangkan rasa sakit
3.
Panas mengurangi kekakuan sendi
4.
Panas mengurangi dan menghilangkan spasme otot
5.
Panas meningkatkan sirkulasi darah
6.
Panas membantu resolusi infiltrate radang, edema dan eksudasi
7.
Panas digunakan sebagai bagian dari terapi kanker
|
Terapi air (Hydroterapy)
Pada sebagian kasus pemberian terapi air akan banyak menolong. Terapi air
dipilih karena adanya efek daya apung dan efek pembersihan. Jenis terapi ini
dapat kita berikan dengan memakai bak atau kolam air. Teknik lain terapi air
adalah “contrast bath” yaitu dengan menggunakan dua buah bejana. Satu buah
diisi air hangat suhu 40,5-43,3 C dan satunya lagi diisi air dingin dengan suhu
10-15 C. anggota gerak yang cedera bergantian masuk ke bejana secara bergantian
dengan jarak waktu.
Perangsangan listrik
Perangsangan listrik mempunyai efek pada otot yang normal maupun otot yang
denervasi. Efek rangsangan listrik pada otot normal antara lain relaksasi otot
spasme, re-edukasi otot, mengurangi spastisitas dan mencegah terjadinya
trombloflebitis. Sedang pada otot denervasi efeknya meliputi menunda progrese
atropi otot, memperbaiki sirkulasi darah dan nutrisi.
Massage
Dengan menggunakan masase yang lembut dan ringan, kurang lebih satu minggu
setelah trauma mungkin akan dapat mengatasi rasa nyeri tersebut. Dengan syarat
diberikan dengan betul dan dengan dasar ilmiah akan efektif untuk mengurangi
bengkak dan kekakuan otot.
· Pemberian terapi latihan
Waktu untuk memulai terapi latihan tergantung pada macam dan derajat
cederanya. Pada cedera otot misalnya terjadi kerusakan atau robekan serabut
otot bagian central memerlukan waktu pemulihan 3 kali lebih lama dibandingkan dengan
robeknya otot bagian perifer. Sedangkan cedera tulang, persendian (ligament)
memerlukan waktu yang lebih lama.
Terapi latihan yang dapat diberikan, berupa :
1. Latihan luas gerak sendi
2. Latihan peregangan
3. Latihan daya tahan
4. Latihan yang spesifik (untuk masing-masing bagian tubuh)
· Pemberian ortesa (alat Bantu tubuh)
Pada terjadinya cedera olahraga yang akut ortesa terutama berfungsi untuk
mengistirahatkan bagian tubuh yang cedera, sehingga membantu mempercepat proses
penyembuhan dan melindungi dari cedera ulangan. Pada fase berikutnya ortesa
dapat berfungsi lebih banyak, antara lain : ortesa leher, dan support pada
anggota gerak bawah. Mencegah terjadinya deformitas dan meningkatkan fungsi
anggota gerak yang terganggu.
· Pemberian protesa (pengganti tubuh)
Protesa adalah suatu alat Bantu yang diberikan pada atlit yang mengalami
cedera dan mengalami kehilangan sebagian anggota geraknya. Fungsi dari alat ini
adalah untuk menggantikan bagian tubuh yang hilang akibat dari cedera tersebut.
Komentar
Posting Komentar